Kamis, 27 November 2014

Sekolah Lapangan Nekamese

Sekolah Lapangan Nekamese


Hai.... sobat wisata... nah kali ini saya ingin merekomendasikan salah satu tempat wisata yang berada di desa Oelamsi kecamatan Nekamese Kabupaten Kupang. Sekolah Lapangan Nekamese merupakan salah satu tempat wisata yang mengambil konsep agrowisata. Nekamese yang dalam bahasa Dawan berati satuhati dapat kita tempuh dengan menggunakan mobil atau sepeda motor degan jarak +_15 km dari kota kupang, dengan akses jalan yang baik.
Sebelum memasuki kawasan wisata pengunjung akan dikenakan retribusi sebesar  rp.1.000/org , rp.3.000/motor dan rp.5.000/mobil. Sekolah lapangan Nekamese, yang didirikan oleh bapak Fery Francis  ini,tidak hanya menghadirkan arena wisata,perkebunan dan perternakan, namun terdapat juga banggunan sekolah SMK yang digunakan siswa/siswi untuk belajar.

Di Nekamese sendiri juga dapat kita temui perternakan kambing degan jenis Etawa,yang memiliki tinggi 127cm dan berat 60-63 kg, dan bertelingga panjang. Selain itu terdapat rumah perahan susu kambing dari perternakan tersebut.Selain perternakan kambing dan babi, ada juga perkebunan buah naga yang dipanen pada awal dan akhir september, perkebunan cabe dan tomat yang proses pekerjaaannya dapat diikuti oleh wisatawan yang berminat.
Selain itu arena bermain seperti kolam renag dan flying fox dapat dinikmati degan harga rp.15.000/org untuk berenang dan rp.60.000/org untuk flying fox sedangkan untuk teman-teman yang inggin bermain footsal disini juga terdapat lapangan footsal yang di sewakan pula.

Nah.... berbicara fasilitas wisata dii Nekamese ini benar-benar lengkap sebut saja akomodasi. Akomodasi sendiri terdapat beberapa pilihan yaitu barak peginapan degan harga rp.50.000/org. Lopo penginapan degan sampai rp.450.000/malam silahkan ada pilih. Restoran yang meyediakan makanan dan minuman degan harga terjangkau dari rp.5.000 sampai rp.100.000 selain itu fasilitas ruang pertemuan (aula)dan ruang rapat dapat kita sewa degan harga yang tetjangkau.
Selain itu yang menjadi hal yang unik adalah penggunaan bahan banggunan seperti lantai ruangan,atap,pagar,kursi,meja dan aksesoris rungan berasal dari alam. Contohnya penggunaan jerami sebagai atap peanginapan dan lopo beristirahat. Penggunaan aksesoris ruangan seperti patung-patung yang diphat dari kayu memberi nuansa tersendiri.

Ohya..... sekedar penberitahuan saja untuk lopo-lopo peristirahatan yang ada di sekitar kawasan wisata tetsebut di sewakan degan harga rp.250.000/hari.



Sekalian tulisan saya
Semoga Sekolah Lapangan Nekamese menjadi salah satu tempat wisata pilihan ada.
Dan... sampai jumpa di tulisan  selanjutnya.

By : Rhya Raga


Hai.... sobat wisata... nah kali ini saya inggin merekomendasikan salah satu tempat wisata yang berada di desa oelamsi kecamatan nekamese kabupaten kupang. Sekolah Alam Nekamese merupakan salah satu tempat wisata yang menganbil konsep agrowisata. Nekamese yang dalam bahasa Dawan berati satuhati dapat kita tempuh dengan menggunakan mobil atau sepesa motor degan jarak +_15 km dari kota kupang, degan akses jalan yang baik.
Sebelum memasuki kawasan wisata penggunjung akan dikenakan retribusi sebesar  rp.1.000/org , rp.3.000/motor dan rp.5.000/mobil.
Sekolah lapangan nekamese, yang didirikan oleh bapak Fery D J Francis  ini,tidak hanya menghadirkan arena wisata,perkebunan dan perternakan, namun tetdapat juga banggunan sekolah SMK yang digunakan siswa/siswi untuk belajar.
Di nekamese sendiri juga dapat kita temui perternakan kambing degan jenis Etawa,yang memiliki tinggi 127cm dan berat 60-63 kg, dan bertelingga panjang. Selain itu terdapat rumah perahan susu kambing darii perternakan tersebut.
Selain perternakan kambing dan babi, ada juga perkebunan buah naga yang dipanen pada awal dan akhir september, perkebunan cabe dan tomat yang proses pekerjaaannya dapat diikuti oleh wisatawan yang berminat.
Selain itu arena bermain seperti kolam renag dan flying fox dapat dinikmati degan harga rp.15.000/org untuk berenang dan rp.60.000/org untuk flying fox sedangkan untuk teman-teman yang inggin bermain footsal disini juga terdapat lapangan footsal yang di sewakan pula.
Nah.... berbicara fasilitas wisata dii Nekamese ini benar-benar lengkap sebut saja akomodasi. Akomodasi sendiri terdapat beberapa pilihan yaitu barak peginapan degan harga rp.50.000/org. Lopo penginapan degan sampai rp.450.000/malam silahkan ada pilih.
Restoran yang meyediakan makanan dan minuman degan harga terjangkau dari rp.5.000 sampai rp.100.000 selain itu fasilitas ruang pertemuan (aula)dan ruang rapat dapat kita sewa degan harga yang tetjangkau.
Selain itu yang menjadi hal yang unik adalah penggunaan bahan banggunan seperti lantai ruangan,atap,pagar,kursi,meja dan aksesoris rungan berasal dari alam. Contohnya penggunaan jerami sebagai atap peanginapan dan lopo beristirahat. Penggunaan aksesoris ruangan seperti patung-patung yang diphat dari kayu memberi nuansa tersendiri.
Ohya..... sekedar penberitahuan saja untuk lopo-lopo peristirahatan yang ada di sekitar kawasan wisata tetsebut di sewakan degan harga rp.250.000/hari.

Sekalian tulisan saya
Semoga sekolah lapangan nekamese nenjadi salah satu temapt wisata pilihan ada.
Dan... sampai jumpa di tulisan  selanjudnya.

By : Rhya Raga


Minggu, 09 November 2014

Pahlawan Pemerhati Lingkungan & Pariwisata



SEMANGAT PAHLAWAN ’45
&
G45CMC

Surabaya 69 tahun silam tepatnya 10 November 1945 menjadi hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pemuda – pemuda yang diberi julukan arek-arek Suroboyo dengan semangat kebangsaan dan jiwa nasionalisme, satu tekad melawan penjajahan dalam pertempuran yang kekuatan relatif berat sebelah. Para penjajah dengan senjata medern dan hanya bisa dilawan oleh bangsa Indonesia dengan modal bambu runcing, tetapi berkat kegigihan para pejuang yang dipelopori oleh Bung Tomo dan dalam pertempuran tersebut jendral Mallabi gugur maka pertempuran sengitpun tak terelakkan dan sejak saat itu pada tanggal 10 November ditetapkan sebagai “HARI PAHLAWAN” dan untuk memperingati jasa-jasa para pahlawan dibangunlah sebuah monumen pahlawan dikota Surabaya. Kini 69 tahun telah berlalu, semangat nasionalisme yang telah di wariskan oleh para pejuang mulai termakan usia, Rasa kepedulian dalam diri hanya segelintir orang yang benar-benar memaknainya. Para pejuang menitipkan segumpal semagat dan dan rasa memiliki Indonesia tanah pusaka, yang telah diperjuangkan dan harus dibayar mahal dengan nyawa sebagai balasannya dan kini hanya bagaiman cara kita mengilhami dalam diri kita sebagai bentuk rasa nasionalisme.
Dan kini, setelah 69 tahun berlalu hadirlah pahlawan pemerhati lingkungan yang benar-benar peduli terhadap pariwisata, kami “COMPAS MAPARSTA” dengan semangat seperti titisan dari pahlawan pejuang kemerdakaan, kami hadir di obyek wisata untuk memerangi penjajahan perusak lingkungan dan objek wisata tersebut. Dengan semboyan kami G45CMC (GERAKAN 45 COMPAS MAPARSTA CARE), kami mengikuti semangat kebangsaan dan cinta tanah air seperti para pahlawan dalam episode yang berbeda tapi dengan tujuan yang sama yakni untuk Indonesia tercinta
Penulis: Rintho Cs.
              Daniel Lodwick

Kamis, 06 November 2014

Berwisata di Penangkaran Ikan; Danau Tuadale



Berwisata di Penangkaran Ikan; Danau Tuadale
 Danau Tuadale. Danau yang terletak di dusun 23 desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang. Danau yang berjarak ± 27 km dari pusat Kota Kupang ini memilki akses yang tergolong cukup baik. Dan dapat ditempuh paling lama sekitar 1 jam dengan berkendara santai. Namun masalahnya, tidak tersedia kendaraan umum untuk mencapai danau ini. Sehingga, pengunjungpun harus membawa kendaraan pribadinya.
Nama danau Tuadale sendiri, sebenarnya terdiri atas 5 danau yang berbeda-beda. Dengan luas totalnya yang  mencapai ± 10 ha. Danau ini dipenuhi dengan berbagai jenis ikan. Mujair, kakap, gabus, dan juga ada ikan bandeng yang menjadi komoditi utamanya. Danau Tuadale merupakan salah satu aset dari pemerintah kabupaten Kupang. Namun danau ini sudah dikelola oleh Kepala Desa Lifuleo, Bapak Yulius Tui, sejak tahun 1998 sebagai sebuah tempat penangkaran ikan.
 Ketika berada di desa Lifuleo, kami (COMPAS MAPARSTA) mengunjungi 2 dari 5 danau yang ada. Nampak mulai ada pembangunan di danau  pertama Tuadale. Mulai dari tugu, tempat bagi penjaga danau, hingga penataan taman menggunakan bunga-bunga dengan bentuk dan pola yang unik. Danau yang pertama ini telah menjadi rumah dari beberapa jenis burung. Mulai dari burung puyuh, camar, dan ada juga burung jenis bangau putih. Adapula dirumorkan bahwa terdapat buaya yang menghuni danau Tuadale ini. Marjon Tui. Salah satu anak dari kepala desa Lifuleo menegaskan bahwa memang dahulu terdapat banyak buaya di danau ini. Namun sekarang semua buaya telah melakukan pengungsian. Dan entah kemana perginya. Sunggu mencurigakan.
Dari danau pertama, perjalanan dilanjutkan ke danau berikutnya yang jaraknya hanya sekitar 200 meter. Untuk sampai ke danau ini, pengunjung harus melewati jalan yang belum diaspal dan terbentuk dari bebatuan lepas. Dengan karakter yang sangat berbeda dengan danau sebelumnya, danau kedua ini nampak lebih terisolasi. Tak ada pula taman ataupun tugu yang telah tertata dengan apik. Yang ada hanya ekosistem yang masih begitu sederhana dan tradisional. Pepohonan rindang, sampan kecil yang digunakan untuk memukat ikan, sebuah rumah kecil yang digunakan oleh si pengurus untuk beristirahat, tempat untuk membakar ikan, juga sebuah rumah tanpa dinding beralaskan lantai kasar, yang diatapi dengan daun lontar kering. Di rumah tanpa dinding inilah tempat kita melepaskan lelah.
Danau Tuadale ini sangat ramai dikala akhir pekan dan dan hari liburan. Namun ternyata sebagian besar  pengunjung hanya singgah untuk sekedar membakar ikan, yang kemudian dijadikan bekal dalam perjalanan ke obyek wisata lain di sekitar danau. Seperti pantai Tablolong, ataupun pantai Air Cina.
Danau Tuadale  sudah memiliki peluang untuk dijadikan sebuah destinasi utama wisata, dan bukan hanya sebagai atraksi dikala transit saja. Danau Tuadale sudah memiliki nama di kalangan masyarakat. Namun masalahnya adalah bahwa ternyata hanya satu dari lima danau yang ditata dengan baik. Dan sisa lainnya dibiarkan dengan kondisinya yang apa adanya. Mungkin karena selama ini, manajemen di danau Tuadale lebih mengarah kepada bisnis ikan air tawar, bukan ke dalam bidang hospitality.
Untuk diketahui, bahwa ternyata ada dua obyek wisata lain yang letaknya tidak terlalu jauh dari danau Tuadale. Pantai Tablolong di desa Tablolong, dan pantai Air Cina yang masih satu desa dengan danau Tuadale, namun berbeda dusun. Kedua pantai ini menawarkan aktivitas memancing bagi para pendatang. Karena memang keduanya merupakan jalur migrasi ikan yang menuju ke laut Sawu. Sehingga sangat ideal untuk dijadikan sebagai lahan bagi para pemancing. Bahkan sering diadakan lomba memancing di pantai Tablolong.
Tetapi danau Tuadale memiliki konsep wisata yang berbeda dengan pantai Tablolong ataupun pantai Air Cina. Danau Tuadale memang tidak memiliki jalur migrasi ikan menuju laut Sawu, ataupun pasir putih yang bersih. Tapi danau Tuadale memiliki potensi lain. Danaunya yang tenang, pepohonan rindang yang mampu membuat iklim panas Kupang terasa teduh, danau yang mampu menawarkan privasi bagi para pengunjung, serta ikan bandeng segar siap bakar seharga Rp.40.000,-/kilo. Selain itu, bagi pengunjung yang menyukai tantangan, dapat mencoba sampan yang digunakan untuk memukat dan mengelilingi danau.
Sekarang tinggal bagaimana caranya agar pengunjung mau datang dan menjadikan obyek wisata Tuadale ini sebagai destinasi utama, dan bukan tempat transit semata. Bagaimana? Bukan hanya dengan “mempercantik” danau Tuadale; tapi juga dibutuhkan promosi, infrasuktur yang memadai, serta mampu menunjang kenyamanan dan keamanan turis. Oleh sebab itu, dibutuhkan kerja sama antara kepala desa Lifuleo dengan pemerintah kabupaten Kupang.
Danau Tuadale adalah salah satu dari sekian banyak obyek wisata yang ada di Pulau Timor ini. Obyek-obyek wisata yang begitu menyenangkan untuk dikunjungi. Namun masalahnya saat ini, hampir semua kekayaan yang ada hanya masih berupa lahan mentah. Seperti danau Tuadale, permandian air panas di Oh’aem, dan masih banyak lagi.
Kami adalah COMPAS MAPARSTA. Sebuah komunitas kecil yang begitu mencintai pariwisata. Tak banyak yang dapat kami lakukan. Selain mencari lahan-lahan mentah yang ada, dan terus mempublikasikannya. Sampai jumpa di tulisan berikutnya, ketika kami lanjut bercerita tentang indahnya NTT kepada dunia.

D_D & Rintho Dj. (y)

Menjaga Lasiana Tetap menjadi Surga



Menjaga Lasiana Tetap menjadi Surga

Pantai Lasiana. Terletak di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Atau, lebih tepatnya, pinggiran Kota Kupang. Di Kelurahan Lasiana dengan jarak kira-kira 12 kilo meter ke arah timur dari pusat kota. Biarpun di sisi kota, Pantai Lasiana sudah menjadi frase yang tidak asing lagi di telinga hampir seluruh golongan masyarakat Kota Kupang.
            Wajar saja. Memang pantai ini memiliki begitu banyak nilai estetika. Sehingga mampu memanjakan setiap pengunjung. Oleh karena itu Pantai Lasiana berhasil masuk ke dalam daftar obyek wisata yang wajib dituju dikala liburan bagi sebagian masyarakat Kupang.
            Pantai Lasiana merupakan pantai yang mampu menawarkan view kepada para pelancong dan wisatawan. Letaknya yang unik  memungkinkan kita untuk dapat melihat sebagian dari pulau Timor. Yah, meskipun dalam ukuran yang super kecil, ia masih tetap memiliki sensasi tersendiri. Selain karena letaknya, ia juga mampu menyuguhkan sunset yang memanjakan mata diwaktu senja. Hasilnya, terkadang ada sebagian pekerja kantoran yang menghabiskan waktu senjanya di sini. Dan tentu saja dengan alasan klasik mereka. Untuk melepaskan penat seusai kerja.
            Disamping menawarkan view, ombak yang tidak begitu besar juga memainkan peran penting dalam menarik pengunjung. Dengan ombak seperti ini, pantai Lasiana mampu menciptakan rasa aman dikala berenang ataupun sekeder bermain air. Ditunjang lagi dengan lautannya yang tak memiliki begitu banyak bebatuan karang (berbeda dari pantai di sekitarnya yang memiliki banyak karang). Membuat kita tidak akan begitu kesulitan untuk menyusuri tepi lautan atau bermain air. Lasiana Beach juga memilki hamparan pasir yang cukup luas. Sehingga terkadang di sore hari banyak pemuda yang bermain sepak bola di pantai ini.
            Juga layaknya pantai-pantai lain, Pantai Lasiana juga memiliki banyak pepohonan khas pantai. Berupa pohon kelapa dan pohon tuak (sebutan khas bagi pohon lontar). Meski tak tersebar menyeluruh, tapi ada beberapa spot yang ditumbuhi pohon-pohon ini. Yah, setidaknya mereka mampu memberi kita rasa nyaman. Meski berada di Kupang yang juga terkenal dengan udara dan cuacanya yang begitu panas. Selain pepohonan, Pantai Lasiana juga menawarkan buah kepala muda yang dijual oleh masyarakat setempat.
            Begitu banyaknya kelebihan, Dinas Pariwisata Kota Kupang juga pernah menaruh perhatian terhadap pantai ini. Mulai dari melakukan penarikan retribusi masuk, hingga dibangunnya fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan wisata. Dari panggung, seluncuran, lopo-lopo, MCK, dan juga tempat menjual makanan yang tentu saja dikelola oleh masyarakat sekitar. Kini, tempat ini memiliki retribusi yang tidak bisa dikatakan sedikit terhadap peningkatan ekonomi. Mulai dari membantu pembangunan ekonomi warga setempat, hingga memberi tambahan pendapatan bagi daerah.
            Namun entah kenapa, kini pemerintah sudah tidak begitu mempedulikan keadaan, kebersihan pantai, serta fasilitas-fasilitas yang telah dibangun. Sudah banyak fasilitas-fasilitas penunjang yang rusak. Mulai dari pembatas ombak yag bolong di sana-sini, atap lopo-lopo dan panggung yang tidak berbentuk lagi, ataupun perosotan anak-anak yang malah begitu berbahaya. Dan sebenarya, ada banyak fasilitas yang sebenarnya sudah tidak layak pakai lagi. Ditambah lagi kebersihan pantai yang begitu memprihatinkan, sehingga terkadang mampu menimbulkan efek kumuh. Juga dihiasi lagi dengan bangunan-bangunan yang telah roboh. Dan berkesan seperti reruntuhan-reruntuhan kumuh bekas zaman pertengahan.
            Pantai Lasiana yang sudah seperti mascot, terkadang  malah seperti menjadi aib kota. Terlebih di musim penghujan January, keadaan pantai sedang berada dalam kondisi  yang parah-parahnya. Pantai Lasiana yang sudah terlihat parah karena fasilitas-fasilitasnya yang kumuh, kini “dipercantik” dengan aksesoris sampah disana-sini. Terlebih di bagian bibir pantai. Sampah bahkan sampai menjorok ke laut dan terlihat seperti sampah-sampah ini malah ikut membantu memperluas daratan Timor.
Pada sebuah hari cerah di minggu kedua bulan Januari, kami (compass maparsta) mengagendakan untuk membersihkan pantai Lasiana. Banyak persiapan dilakukan untuk kegiatan ini. Mulai dari menyurvei lokasi, sampai membangun relasi dengan pemerintah setempat. Karena pantai Lasiana berada dalam wewenang Dinas Pariwisata Kota, maka kami bersurat ke sana. Hingga akhirnya beberapa orang diutus untuk mewakili sang dinas. Namun entah kenapa, ketika hari pelaksanaannya, tak ada satu orangpun dari dinas yang datang. Mengecewakan memang. Akhirnya, karena keterbatasan orang, maka kami merubah tujuan utama kami. Dari membersihkan pantai lasiana menjadi memberi teladan. Mencoba intuk menginspirasi pihak-pihak lain untuk menjaga pantai. Meski tak seberapa, tapi setidaknya kami berhasil sedikit merubah wajah pantai.
Kami ternyata berhasil. Sebulan setelah pembersihan tersebut, beberapa anggota komunitas melakukan perjalanan ke pantai Lasiana. Ternyata pantai sudah bebas dari sampah. Entah pihak manakah yang menjadi penyelamat surga kupang ini. Warga setempat, pemerintah, atau???


D_D CS

Selasa, 04 November 2014

KURANG SADAR BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA

KURANG SADAR BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA.

NTT : Nusa Tenggara Timur. ! Kawasan atau Destinasi baru yang saat ini di lirik oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara, yang bisa menjadikan NTT sebagai NEW TOURISM TERRITORY yang kalau disingkat adalah NTT, bukan sebuah kebetulan tapi memang kenyataannya demikian. Nusa Tenggara Timur merupakan propinsi kepulauan yang mempunyai banyak destinasi wisata yang dimiliki oleh setiap daerah dan kota Kupang sebagai ibukota propinsi merupakan daerah transit bagi wisatawan sebelum melanjutkan perjalanan keobjek wisata seperti Taman nasional kemodo di Manggarai Barat, danau kelimutu di Ende, menikmati indahnya pantai Nembrala di Rote, ataupun bringasnya upacara pasola di Sumba. Semua keindahan itu sudah mampu menarik banyak wisatawan untuk datang ke Nusa Tenggara Timur.
Kembali melihat kondisi wisata yang ada dikota kupang sebagai ibukota Propinsi Nusa Tenggara Timur, mempunyai keindahan tersendiri yang mampu menarik wisatawan untuk datang berkunjung, akan tetapi banyak objek wisata yang sedikit diabaikan keindahannya. rupanya sapta pesona belum dipahami dan dihayati oleh masyarakat itu sendiri. Banyak objek wisata yang dibangun dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana akan tetapi semua itu tidak dijaga. Imbasnya sangat buruk bagi objek tersebut semua fasilitas sudah dalam kondisi rusak parah dan ditambah lagi dengan kurangnya kesadaran masyarakan dalam memanfaatkan objek wisata yang dikunjungi. Seperti contoh Objek wisata pantai lasiana yang fasilitas pendukungnya sudah rusak parah, masih banyak lagi objek wisata yang saat ini kondisinya sangat memprihatinkan dan lagi-lagi sampah menjadi masalah utama yang mengakibatkan kurangnya keindahan.
Melihat kondisi ini, COMPAS MAPARSTA yang merupakan sebuah komunitas pecinta pariwisata berinisiatif untuk terjun langsung keobjek wisata dan membersihkan sampah-sampah nonorganik, dimulai dari pantai lasiana dan terus berlanjut hingga sekarang. Sudah menjadi rutinitas bagi komunitas dalam mebersihkan sampah-sampah yang ada disekitar objek wisata. Setiap hari senin dan sudah sebulan lebih COMPAS MAPARSTA membersihkan sampah yang di Taman Nostalgia atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan TAMNOS, banyaknya sampah-sampah plastik dari sisa makanan yang dibeli dan dibuang menjadi pemandangan yang tidak asing lagi bagi pengunjung taman Nostalgia dan setelah melewati 4 minggu dan sekarang memasuki bulan ke 2, belum ada tanda-tanda kesadaran dari para pengunjung untuk membuang sampah pada tempat yang telah disiapkan. Melihat kondisi ini, apa yang menjadi kendala bagi setiap orang untuk membuang sampah pada tempatnya? Saya sebagai anggota komunitas dan sekaligus Tim Penulis mengambil kesimpulan bahwa setiap pengunjung ke suatu objek wisata kurang peduli terhadap keindahan objek tersebut dan bahkan mungkin tidak tahu apa itu SAPTA PESONA. Mau jadi apa atraksi wisata yang dimiliki daerah ini kalau masyarakat lokal tidak menjaga dan melestarikannya. Apakah perlu objek wisata yang ada kita museumkan dan barulah kita pergi kemuseum untuk menikmati sebagai benda yang perlu dilestarikan????

CAMKANLAH...!!!
PENULIS
Rintho Dj,
& 
Drew,