Selasa, 28 Oktober 2014

Hari sumpah pemuda 28/10/2014



Soempah Pemoeda, DiMata Pemuda Masa Kini...!

28 Oktober 1928, hari bersejarah bagi bangsa Indonesia dan pemuda bangsa Indonesia. 86 tahun yang lalu, semangat pemuda yang dikobarkan atau dipelopori oleh Budi Utomo menjadi semangat yang yang hingga saat ini seharusnya dihayati dan dimaknai oleh pemuda bangsa Indonesia. Semangat juang yang ada dalam pemuda bangsa Indonesia Sejarah dan makna teks Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2014 beserta gambar foto. Esok hari kita akan memperingati 86 tahun keberadaan Sumpah Pemuda sebagai tonggak penting bagi bangsa Indonesia. Pada 28 Oktober 1928 tercetuslah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang menyatukan ide kaum muda dari berbagai latar belakang dalam bingkai “satu Indonesia”.
Melihat dari latar belakang tersebut, dilain pihak kita bangga jadi bangsa indonesia. Tapi apakah masih memaknai sumpah pemuda itu menjadi suatu kewajiban??? Ada salah satu stasiun TV yang memberitakan tentang tentang hari sumpah pemuda sungguh disayangkan ada sebagian memang masih menghafal rumusan sumpah pemuda, tapi ada yang bahkan terbata-bata dalam menyebut rumusan sumpah pemuda. Apakah ini pertanda bahwa sejarah sudah mulai dlupakan oleh generasi penerus bangsa? Apakah waktu yang cukup lama (1928) membuat para generasi muda mulai melupakan hari bersejarah dan termakan oleh perkembangan jaman yang sangat pesat?  Ayo pemuda bangsa indonesia jadilah penyambung sejarah bangsa ini kpeada generasi penerus Indonesia dimasa mendatang....

Penulis

Rintho Dj.

Minggu, 19 Oktober 2014

Gerakan 45menit Compas maparsta care (G45CMC)






Add cap











Pemandian air Panas Oh'aem Amfoang selatan



EXPLORASI PEMANDIAN AIR PANAS OH’AEM
AMFOANG SELATAN

Sumber air panas Oh’aem, potensi wisata yang belum dijamah dan dijadikan objek wisata yang banyak diminati oleh para wisatawan bahkan jika dikelola secara baik air panas Oh’aem bisa dijadikan objek wisata kesehatan karena memiliki kandungan belerang dan sangat baik untuk kesehatan seperti penyakit kulit dan yang lainnya. Objek wisata ini terletak di dusun III desa Oh’aem I kecamatan Amfoang selatan kabupaten Kupang yang berjarak 45km dari kota kupang, ibukota propinsi NTT  memiliki peluang besar untuk dijadikan tempat wisata yang dapat menambah devisa bagi daerah itu sendiri. Menurut pengakuan dari lokal guide yang memandu kami ke objek wisata mengatakan bahwa masyarakat lokal memanfaatkan sumber air panas Oh’aem untuk mandi karena masyarakat percaya bisa menyembuhkan penyakit kulit. Objek wisata ini perlahan mulai dikenal oleh masyarakat luas, bukan hanya masyarakat lokal yang ada disekitar akan tetapi menurut informasi yang didapat dari lokal guide yakni Melki Tanaus mengatakan bahwa ada juga masyarakat dari kota Kupang yang datang ke lokasi wisata air panas Oh’aem, artinya perlahan namun pasti bukan tidak mungkin jika diperhatikan oleh pemerintah objek wisata ini dikenal oleh masyarakat luas bukan hanya kabupaten kupang akan tetapi wisatawan dari luar propinsi NTT. Objek wisata ini banyak diminati oleh pengunjung pada pagi dan sore karena suhu air yang panas. Akan tetapi potensi yang dimiliki oleh objek wisata ini masih jauh dari perhatian pemerintah sebagai aset yang dimiliki oleh daerah itu sendiri dan sesuai hasil pengamatan dilokasi benar-benar tidak ada sarana prasarana yang mendukung demi kenyamanan para pengunjung yang datang berkunjung. Jarak yang jauh dari perkampungan warga yang harus ditempuh oleh pengunjung dengan berjalan kaki dan kondisi jalan yang sangat extrim, karena jalan menuju kelokasi berkelok-kelok dan menurun. Sesuai pengamatan kami masyarakat setempat berinisiatif membuka akses jalan menuju kelokasi wisata air panas, tetapi karena dikerjakan oleh masyarakat secara manual maka kondisi jalan sangat berbahaya karena jalan yang sangat terjal dengan tingkat kemiringan 45-65 derajat, oleh karena itu setiap pengunjung yang ingin datang ke tempat ini dibutuhkan tenaga extra.
Jiwa petualang dan kecintaan terhadap pariwisata, membuat kami (Compas Maparsta) ingin mengexplorasi objek wisata ini. Nekat dan style ala backpaker itu menjadi semangat kami dalam menjelajahi Amfoang selatan di kabupaten Kupang demi menemukan sumber air panas Oh’aem pesona yang tersembunyi dibalik bukit dan batu terjal dikolong langit Amfoang selatan. Sabtu 18 oktober 2014, tepat jam 06.00 pagi kami mulai melakukan perjalanan, total 5 jam perjalanan dan ditambah 1 jam berjalan kaki menuju lokasi menjadi pengelaman kami yang tak pernah lupa didalam hidup kami. perjalanan kami mulai dari kupang tepat jam 06.00 pagi melewati jalan trans Timor yang merupakan jalan lintas negara hingga ke Dili-Timor Leste, dengan kondisi jalan yang relatif mulus dan rata maka kami hanya membutuhkan waktu  _+ 1.5 jam untuk sampai ke kecamatan Takari sebelum kami melanjutkan perjalanan ke Amfoang Selatan. Tepat jam 7.30 pagi kami tiba di kecamatan Takari dan disitulah akses jalan menuju Amfoang selatan. Laju kendaraan mulai dikurangi lantaran akses jalan menuju kelokasi mulai terlihat  rusak dan berlubang dimana-mana. Membutuhkan tenaga extra dan ketanguahan dalam menaklukkan kondisi jalan yang berlubang dan tanjakan yang berkelok, sungguh pengelaman yang luar biasa. Gaya ala backpaker menjadi semangat bagi kami dalam menaklukan jalan dan hanya ada satu tujuan yakni pemandian air panas Oh’aem. Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan dan hasil bumi dari para petani yakni mangga yang ada hampir sepanjang jalan, suasana jalan tidak sepi sepeda motor warga dan angkutan umum jenis pick up dan bus kami jumpai selama perjalanan. Sepeda motor yang kami gunakan terus dipacu dan kondisi jalan yang berlubang dan tanjakan tidak mengurungkan niat kami untuk terus berjalan, dan tantanganpun kami hadapi bukan karena akses jalannya tetapi kendaraan yang kami gunakan kehabisan bahan bakar tepat berada didesa Fatuteta. Kamipun beristirahat sejenak dan snack bersama sambil menunggu teman kami mencari bahan bakar, dan kamipun melanjutkan perjalanan ke objek wisata Oh’aem. Gunung  Fatuleu sudah di depan mata kamipun tak mau melewatkan moment ini sekedar untuk kenangan kamipun mengabadikan dengan foto bersama dibawah kaki gunung Fatuleu. Akses jalan semakin rusak parah lubang ada dimana-mana tapi niat kami untuk sampai kelokasi pemandian air panas tak berkurang perlahan namun pasti kami terus berjalan melewati perkampungan warga hutan jati dan perkebunan warga disepanjang sisi kiri-kanan yang sudah siap menanti kedatangan hujan untuk musim tanam. Dan akhirnya tepat jam 11.00 kami sampai didesa Oh’aem I desa dimana objek wisata pemandian air panas itu berada, perjalanan belum selesai disini setelah mencari informasi dari warga sekitar, akhirnya ada warga yang mau memandu kami menuju lokasi air panas, karena tidak ada akses untuk kendaraan maka perjalanan kami lanjutkan dengan berjalan kaki. Melewati kebun para petani dan kandang ternak  menjadi bagian dari perjalanan kami dalam misi “Explorasi pemandian air panas Oh’aem” jalan yang menurun memaksa kami extra hati-hati karena tak ingin ada hal yang tak diinginkan terjadi, kondisi jalan yang terjal dan tenaga yang mulai terkuras rasa lapar mulai menghampiri dan kakipun mulai  gemetaran menahan beban terpaksa kami beristirahat untuk memulihkan tenaga kami. Setelah istirahat 15menit perjalan kami lanjutkan dan akhirnya tiada perjuangan yang tak ada hasilnya. Tepat jam 11.45 menit kami sampai dilokasi pemandian air panas aroma belerang menjadi ciri khas dari objek wisata ini, rasa lelah selama perjalanan seolah terbayar karena kami berhasil sampai ke objek wisata. Setelah istirahat kamipun makan siang bersama karena hampir semua tenaga terkuras selama perjalanan. Dan moment yang paling dinantikan adalah mersakan panasnya air Oh’aem suasana yang sepi dan kicauan burung dialam bebas serta suara gemercik air membuat hati terasa tentram dan seolah-olah menghilangkan rasa capai selama perjalanan. Setelah puas menikmati air panas tepat jam 14.00 wita kami kembali ke perkampungan warga kali ini benar-benar membutuhkan tenaga karena rute yang kami lalui merupakan tanjakan dengan tingkat kemiringan 45-65 derajat. Sepanjang perjalanan pulang karena medan yang sangat terjal kami membutuhkan waktu untuk istirahat karena tenaga kami semua terkuras. Setelah istirahat dan disuguhi dengan air kelapa muda dan benar-benar  memulihkan tenaga, tepat jam 15.30 wita kami semua kembali ke Kupang perjalanan yang sangat jauh tapi dengan pengelaman yang kami dapat semuanya terbayar...

Salam pariwisata dari Amfoang selatan...!
Compas Maparsta
YES,,, We Are....!







Rabu, 15 Oktober 2014

G45CMC GERAKAN 45 menit COMPAS MAPARSTA CARE.



G45CMC
GERAKAN 45 menit COMPAS MAPARSTA CARE.


Peduli terhadap objek wisata menjadi bersih, rapi, dan nyaman itulah landasan dari  Compas Maparsta. Setelah berjalan dan terjun langsung dalam kegiatan compas maparsta peduli dan sekaligus mengajak menyadarkan masyarakat akan pentingnya sapta pesona yang mendukung pentingnya sebuah objek wisata menjadi daya tarik. Maka atas dasar itulah compas maparsta kembali hadir dalam sebuah gebrakan baru yang dilakukan setiap hari senin dan menjadi rutinitas oleh compas maparsta. Gerkan 45 menit compas maparsta care/peduli (G45CMC) menjadi semangat dan rutinitas baru oleh komunitas ini. Gebrakan yang dilakukan atas dasar cinta terhadap lingkungan dan pariwisata, tak ada rasa malu dan gengsi yang ditujukan oleh setiap anggota. Tak tanggung-tanggung para kawula muda generasi penerus bangsa tanpa diberi embel-embel dan secara sukarela membersihkan sampah yang ada disetiap objek  wisata. Memang kegiatan yang mungkin dipandang rendah oleh anak muda jaman sekarang, tapi compas maparsta ingin menyadarkan masyarakat lewat aksi nyata yang anda bisa temui setiap hari senin diobjek wisata yang ada dikota kupang dan sekitarnya.
Komunitas ini bukanlah ajang pamer gaya hidup tapi disini komunitas menekankan akan pentingnya kesadaran masyarakat dalam menikmati objek wisata yang ada sebagai aset yang patut dijaga dan dilestarikan. Terkadang sangat sulit untuk merubah paradigma yang etrjadi didalam masyarakat seperti yang komunitas alami, masyarakat memandang bahwa menjaga dan melestarikan objek wisata adalah tugas dan tanggung jawab pemerintah atau yang punya wewenang tertentu. Nah,,, inilah cara pandang yang harus dirubah dan compas maparsta sebagai agen perubahan dalam merubah cara pandang masyarakat ini, yang penting adalah bukan siapa yang punya kekuasaan itulah yang bertanggung jawab menjaga dan melestarikan objek wisata, melainkan akan tetapi siapa saja yang datang menikmati keindahan objek wisata tersebut dialah yang menjaga dan melestarikannya. Marilah kta mengenang kata – kata dari salah seorang toko ternama yang pernah dimiliki oleh NTT beliau mengatakan bahwa “ kalau bukan sekarang kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi,,,” kata-kata yang seharusnya menjadi dasar kesadran kita akan tetapi semboyan yang telah diwarisaan hanyalah kata kiasan semata. Dan untuk itulah sebagai .agen perubahan compas maparsta hadir bukan dalam kata – kata tetapi dalam tindakan nyata. Marilah kita sukseskan G45 CMC sebagai wujud cinta akan pariwisata kota kupang dan NTT.



Penulis :
Rintho Dj & Drew D